berbeda tapi tetap cin[t]a

wanita ‘jaman sekarang’ pasti pernah merasakan -paling tidak sekali- yang namanya jatuh cinta atau punya pacar beda agama.

salah satunya sudah tentu saya.

punya pacar beda agama sungguh memusingkan. sudah cukup hubungan pacaran dipusingkan dengan kecemburuan, ke’kurangan perhatian’, ketidakpercayaan.. ditambah lagi kita harus dipusingkan dengan masalah agama.

kita dibuat bingung harus memilih apa. karena mencintai pacar, tidak mau berpisah. tapi juga tidak mau mengkhianati Tuhan… tapi kenapa harus ada cinta… bukannya cinta juga diciptakan Tuhan… tapi agama bilang tidak boleh menomorduakan Tuhan. tapi kan, katanya cara saja yang beda-beda tapi Tuhannya satu…

PUSING.

pada saat pribadi masing-masing sudah menerima situasi dan konsekuensinya, eeh… muncul masalah baru, orang tua dan keluarga besar tidak merestui. menilik pernikahan di Indonesia adalah sama dengan pernikahan dengan keluarga, maka hal ini tidak bisa diacuhkan begitu saja.

Tuhan memang satu, tapi tetap saja Tuhanku yang paling benar.

sejak masih di Sekolah Dasar, kita diajarkan bahwa Tuhan hanya ada satu. saking pentingnya konsep ini, sampai di Pancasila pun Ketuhanan Yang Maha Esa mendapat posisi paling pertama. tapi kenapa masih saja orang-orang berpikir kalau Tuhan yang satu lebih benar dari Tuhan yang lain. berarti, Tuhannya ada banyak dong…

reach for God

saya adalah orang yang spiritual tapi tidak religius.
juga sangat cinta pada Tuhan, tapi tidak terlalu jatuh cinta pada agama.

oleh sebab itu saya tidak terlalu peduli waktu punya pacar berbeda agama. malah gembira. kenapa? karena saya bisa ikut mempelajari apa yang orang lain pelajari dan bisa merayakan beberapa kali liburan dalam satu tahun.

tapi tidak semudah itu. karena ada orang tua dan keluarga.

konsern mereka berbeda-beda. mulai dari yang smart enough dan patut dipertimbangkan seperti, “nanti kalau punya anak mau ikut keyakinannya siapa? ayahnya atau ibunya?”

sampai yang agak-agak aneh dan tidak masuk akal seperti, “nanti kalau mama meninggal, siapa yang sembahyangin?”

saya sendiri berpendapat bahwa yang menjalani hubungan -baik itu pacaran maupun pernikahan- adalah orang itu sendiri. bukan orang tua ataupun keluarga. egois memang… dan agak impossible untuk menjadi se-egois itu di Indonesia. tetapi saya cenderung keukeuh dengan alasan ‘saya tidak mau menyalahi siapa-siapa jika nanti terjadi sesuatu’.

misalnya nanti saya kawin dengan lelaki yang sesuai keinginan papa mama, tau-tau nanti menyesal, akhirnya menyalahi orang tua saya,

“mama sih dulu maksa saya kawin sama dia”

tapi bisa juga terjadi hal sebaliknya, mereka yang akan menyalahkan kita pada saat nanti kita ‘bermasalah’ dengan pasangan kita.

“kamu sih dulu ngga mau denger kata mama papa”

intinya apa?

hidup adalah pilihan. pilihan punya konsekuensi masing-masing. menuruti kata orang tua belum tentu bahagia, menuruti keinginan sendiri juga belum tentu bahagia.

sudah telat kalau kita mau mengajari orang tua kita. tapi yang patut diingat sama kita adalah pada saat menjadi orang tua (atau teman dari seseorang yang meminta pendapat kita), usahakan agar selalu mendukung anak kita, saudara kita, atau teman kita. tentu saja dengan menjelaskan konsekuensi pilihannya.

memang kita selalu diajari sejak lahir bahwa agama kitalah yang paling benar. tapi bukankan kita mengenal dan memeluk agama kita dari keluarga? karena turunan keluarga? tidak perlu lah kita membangga-banggakan agama kita yang paling benar, padahal kita nyatanya memeluk agama bukan karena pilihan sendiri. tapi karena turunan orang tua.

berani taruhan. kalau kita lahir tidak beragama dan tanpa clue sama sekali agama apa yang harus kita pilih, kita bisa saja ended up memilih agama yang sama sekali berbeda dengan agama kita sekarang.

lebih nelangsa lagi kalau nanti di kehidupan setelah kematian, Tuhan yang kita anggap paling benar ternyata bukan Tuhan kita, Beliau nyamperin kita dan bilang, “ketipu ni yeee…”

nb. tonton film cin[T]a for a greater feeling about love, life, and God.

2 thoughts on “berbeda tapi tetap cin[t]a

Leave a reply to womanation Cancel reply